Selama beberapa dekade, para ilmuwan telah mencari sumber energi bersih dan tak terbatas yang dapat menggantikan bahan bakar fosil serta menopang kehidupan manusia untuk generasi mendatang. Kini, para peneliti meyakini bahwa rahasia energi tanpa batas mungkin tersembunyi tepat di bawah kaki kita.
Inti Bumi memiliki suhu mencapai 9.392 derajat Fahrenheit, bahkan lebih panas dari permukaan Matahari. Panas ini dihasilkan dari peluruhan radioaktif serta sisa energi dari pembentukan Bumi yang perlahan-lahan keluar melalui lapisan-lapisannya.
Jika sebagian kecil dari energi panas bumi ini dapat dimanfaatkan, dunia bisa mendapatkan pasokan energi selama lebih dari 20 juta tahun—tanpa emisi, polusi, atau risiko kekurangan sumber daya. Namun, meskipun konsep energi tak terbatas sudah lama dikenal, tantangan terbesar terletak pada proses ekstraksinya yang sangat sulit.
Metode pengeboran konvensional tidak mampu menahan suhu ekstrem dan batuan padat di kedalaman bumi. Bahkan proyek Kola Superdeep Borehole di Rusia—yang bertujuan mencapai mantel Bumi—gagal setelah 20 tahun pengeboran akibat suhu tinggi yang menyebabkan kegagalan mesin.
Namun, para ilmuwan di Plasma Science and Fusion Center MIT telah menemukan solusi yang dapat merevolusi pengeboran panas bumi. Terobosan ini melibatkan penggunaan gyrotron, yakni sinar energi gelombang milimeter yang awalnya dikembangkan untuk memanaskan plasma dalam reaktor fusi. Teknologi ini dapat menjadi kunci dalam membuka akses ke energi tak terbatas.
Gyrotron menghasilkan gelombang elektromagnetik yang cukup kuat untuk menguapkan batuan, memungkinkan pengeboran mencapai kedalaman yang belum pernah dicapai sebelumnya. Berbeda dengan metode tradisional, pendekatan berbasis fusi ini dapat melelehkan batuan tanpa merusak mata bor, yang selama ini menjadi kendala utama dalam pengeboran mendalam.
Perusahaan spin-off MIT, Quaise Energy, telah menguji teknik ini dalam uji coba lapangan. Sistem pengeboran berbasis gyrotron mereka berhasil menembus batuan padat, membuktikan konsep teknologi ini. Langkah berikutnya adalah pengeboran lubang uji hingga kedalaman 12,4 mil, di mana suhu bawah tanah mencapai 932 derajat Fahrenheit.
Suhu ekstrem ini sangat ideal untuk menghasilkan energi panas bumi dalam skala besar. Jika berhasil, teknologi ini dapat menggantikan pembangkit listrik berbasis batu bara dan gas dengan memanfaatkan turbin yang sudah ada untuk menghasilkan energi panas bumi yang bersih dan tidak terputus.
Tidak seperti tenaga surya dan angin yang bergantung pada kondisi cuaca, energi panas bumi tersedia sepanjang waktu di mana saja di dunia. Jika dapat dimanfaatkan sepenuhnya, energi ini bisa menjadi solusi jangka panjang bebas karbon bagi kebutuhan energi global. Terobosan ini, bersama dengan kemajuan dalam energi fusi, berpotensi menjadi kunci bagi generasi berikutnya dalam produksi energi berkelanjutan bagi umat manusia.